Birrul wallida'in



Ribuan kilo, jarak yg kau tempuh,
lewati rintangan demi aku; anakmu,
Ibuku sayang, masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah penuh nanah,

(Ibu, Iwan Fals)

Tiga puluh sembilan (39) tahun sudah aku lahir, berada di dunia ini dan hidup selayak amanah Allah yang mene-tapkanku sebagai insan manusia. Tentunya aku hadir di dunia ini bukan ujug-ujug ada dengan sendirinya seperti Adam yg cukup dengan kun fayaakun-Nya, atau seperti Isa Al masih yang dengan tiba tiba hadir di rahim perempuan suci semacam Maryam, juga aku bukan ada sendirinya dari tempat asal muasal seperti pucuk pring atau lemah bengkah, atau tempat wingit lainnya...........

Adalah ‘Tuhanku nyata’ yang menghantarkanku hadir di sini, tempat fana ini, tempat yang selalu menyuguhkan kamuflase-kamuflase duniawi, aku harus memilah dan memilih, sehingga aku menemukan kebahagiaan-kebahagiaan yang berisi. Meski fana,.. usang aku mencoba memaknai dunia ini dengan indah,.. l' vie l' belle..!! Hidup ini indah....

Siapakah Tuhan nyataku yang telah menghantarkanku membimbingku sampai dengan waktuku kini?? Siapakah Tuhan nyataku; wakil Rabb ku yang azza wajalla, yang layaknya aku sembah aku bekteni di muka bumi ini???

Tanpa kesulitan dan rasa samar, seperti lakon wayang purwa semisal Antasena Takon Bapa.... yang masih mencari-cari jati diri dan asal muasalnya hanya untuk sekedar tahu dan menanyakan siapa orang tua yang telah melahirkannya…. yang kemudian pengin dibekteni..., dikembalikan fitrah manusia untuk tidak lupa terhadap bapa biyung yang telah mengukir jiwa raganya. Ya beliaulah; Ibu Sulamsini…. ibuku, dan Bapak Soeparno Hadimartono.... Bapakku.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sung-kem ugi bakti mugiya tansah konjuk dumateng Ibu kalawan Bapa.... Saking putra kang tuhu tresna….
Kadya tan bisa kuwawa...., gunem sa samodra hangaduta manah lir karep mahargya bakti, karep….., sawengku niat ugi pepinginan memetha krenteging sanubari asok pangormatan kagem ibu bapa....

Seakan sejuta kata tiada mampu menggambarkan rasa hor-mat, rasa ingin berbakti pada beliau…. hanya serangkai kata yang sedikit mengekspresikan hati dan kesan yang tersimpan dalam, mempasak dibawah sadar... dan membentuk suatu character yang mengalir didarahku.....
Ibuku,.. Ibu Sulamsini, adalah sosok ibu yg bersahaja, kuat memegang teguh keyakinan keyakinan hidup.... pakem-pakem hidup yg didasari atas ketundukannya kepada Pangeran, Gusti kang murbeng dumadi.... Kapasrahan dan kebersandaran hidup pada Gusti Allah, seakan memberikan kekuatan, power untuk menjalani hidup dalam kesederhanaan.... dan kesedarhanaan hidup….

Dalam ajaran modern.... mungkin akan memaknai prinsip kesahaajaan hidup Ibuku sebagai paham SIMPLICITY..!!.. kesa-hajaan. Simplicity is Power..!! Kesederhanaan adalah suatu keku-atan.... Yang selalu merumuskan hidup ini menjadi urusan urus-an yang simple, tidak berbelit dan rumit...!! dan urip samadya.... urip prasaja..!!!... Lelaku salampahing urip...!!... bahwa hidup ini adalah suatu keprihatinan yg harus di nikmati, dengan ihlas tan-pa ambisi keduniaan yg berlebihan.... ubuddunya..!!!..

Ibuku hampir tidak pernah berpikir tentang; ....'gebyaring' urip,.. atau urip mubra mubru.... sekalipun itu untuk sedikit me-manjakan diri, ....refreshing dalam hidup yang telah dijalani secara melelahkan, ....membesarkan kami dengan segala per-masalahan hidupnya...

Dari sikap hidup yg wani ngrekasa,.. ini sebenarnya men-jadikan suatu “berkah”...pada ibuku yang alhamdulillah selalu di karuniai seger kwarasan,.....
Sikap-sikap sederhana,.. seperti selalu berjalan kaki,.. ke tempat kerja yang dulu mungkin lebih dari 7 km pulang pergi,.. pola makan yg sederhana,..secara tidak sengaja juga,... terhindar dari zat-zat lemak, cholesterol berlebihan... yang menjadikan kesehatan selalu terjaga....

Sikap ini kadang secara alamiah merasuk dalam darahku,.. aku yang selalu membiasakan untuk tidak manja,.. membi-asakan..., memaksakan jalan kaki,.. ke tempat-tempat keseha-rian,.... sebenarya sikap-sikap begini bukanlah sikap tradisional... atau ortodoks,... tetapi adalah sikap yang sungguh modern,.. seperti orang-orang warga Jepang yang sangat modern pun,.. membutuhkan mekanisme jalan kaki untuk kesehatannya....

Ibuku juga seorang pendidik yang bertanggung jawab dan penaruh perhatian kepada pendidikan anak anaknya, meski dengan kesederhanaan tujuan.
“Panjalukku,.. anak anakku kabeh isa a, dadi sarjana..!!” selalu begitu beliau nggegadang kami. Untuk tujuan tersebut, seluruh perhatian dan perlakuan untuk menjaga agar anak-anaknya tetap focus terhadap tugas belajarnya,... Hal sangat berkesan tentu sistem reward and punishment berlaku pada kami…. Meski saya pribadi,.. Lukito,.... lebih sering mendapat reward untuk urusan sekolah..... Juara kelas di SD, SMP,.. wah selalu dapat hadiah,.. ”Mangan enak...!! ngiras sate nggone Budhe Klepat..!!” he…. he….  sungguh berkesan..!!!....

Sampai dengan SMA ibuku selalu memperhatikan urusan sekolahku, karena waktu itu, saya sekolah ke Solo, ngekost, setiap senin pagi,.. saya selalu dibangunkan jam 3 dini hari,.. untuk bersiap-siap berangkat menuju Solo. Ibuku selalu mengantar ke terminal Bus, melewati jalan yang masih diselimuti dinginnya malam,.. dan sinar bulan yang terang benderang.... sebenderang harapannya kepadaku untuk berhasil dalam menuntut ilmu.....

Dengan sangu pas-pasan 4 atau 5 ribu untuk seminggu, hidup di kost,... karena lauk sudah tidak beli,.. sangu tempe kering yg dengan bumbu yang lengket,.. kadang bertahan sampai 4 atau lima hari....(makanya sekarang saya serasa gila kalo di kasih lauk tempe kering.... kabong …. he… he…. karena teringat masa masa dhek djaman berdjoang...!!!!)

Proteksi ibuku juga berlangsung hingga aku menginjak Perguruan Tinggi,.. aku diajari untuk urip prasaja,.. ngenger-ngenger di tempat Budhe Gie Semarang...!! Dari situlah aku belajar hidup ini harus dilalui dengan tegar,… gak boleh malu-malu dan cengeng. Untuk latian hidup hemat,.. aku selalu dibekali beras, krambil atau sayur-sayuran untuk dibawa ke Semarang sebagai bekal hidup di rantau, dengan sangu pas-pasan 25 ribu sebulan...

Rewang-rewang di rumah Budhe Semarang, kadang aku mencari tambahan uang saku dengan cara jadi buruh “ngaji yasinan” di rumah-rumah pejabat semarang, ngirim-ngirim gam-bar ilustrasi majalah kampus atau ngobyek dari main bola turnamen antar kampung....
Proteksi yang saya maksud adalah juga tentang “hama-hama” pengganggu yang mengancam kelancaran studi anak-anaknya, misal urusan pacaran atau kenal dengan cewek atau lawan jenis adalah... suatu pantangan..!!!. Ada surat-surat yang harusnya ke aku di sortir dan dihanguskan biar tidak sampe ke aku... he.... he.... Ketahuannya belakangan; pernah ada wanita protes, kenapa maksud hatinya dulu yang dikirim lewat surat tidak mendapat tanggapan. Lho? Koq aku gak pernah tahu!!
Hal itu terasa juga oleh Farid,…. istriku tercinta yang baru merasa 'direstui' oleh beliau setelah aku menyelesaiakn studiku...!! Tepatnya saat menghadiri wisuda di Kampus UNDIP Semarang.

Ibuku juga tentunya berlaku sebagai “malaikat penyelamat” hidupku dalam arti sebenarnya; tentunya mulai dari tetes-tetes air susuan, membesarkanku, kemudian merawat saat saat aku sakit, mriang, obat yg paling mujarab adalah,.. minta dikeroki biyung...!!!
Aku juga pernah mengalami suatu keadaan traumatis yg membahayakan jiwaku ketika masa kecil,.. aku masih suka bermain dengan apa saja di sekitarku... waktu itu aku main-main tutup spidol,... ditiup-tiup,.. disedot, ditempelin di lidah; bisa nempel di lidah. Tapi ga tau ada bahaya mengancam ,… mainan dan tawa canda masa kanak kanak....

Saking kencengnya aku menyedot tutup spidol ke mulut, mungkin sambil becandaan juga... ga di sangka,.. tutup spidol, bukannya nempel di lidah,.. tapi malah melesat dan nancep di kerongkongan...!!! Kloloden isi spidolll...!!! Seketika itu juga aku sulit bernapas,.... napasku tersengal dan hampir berhenti…!!

Untung waktu itu ada, ibuku...yang melintas.... Mengetahui anaknya dalam bahaya,.. naluri seorang ibu pasti akan bertindak apapun juga untuk menyelamatkan darah dagingnya, anaknya…. Aku langsung dicangar..., trus isi spidol yang sudah setengah masuk kerongkongan itu dirogoh dengan jari telunjuk, berhasil..... dan selamatlah aku..!!!... he…. he….
Yaah sebagai ekspresi,… ”lega” anaknya lolos dari maut.... pahaku dicethuooot,… sekenceng-kencengnya..., sampai gosong pereng... sakitnya minta ampun dan masih terasa sampai seka-rang, he…. he…. Yah,.. itulah tuhanku di dunia…. Ibuku, ibuku, ibuku.... Kemudian baru,…. Bapakku..!!

Pak Suparno Hadimartono,….
Pak Suparno Hm.... adalah tokoh masyarakat Slogohimo,.. aktivis politik, dan pelopor desa,.. tetua tlatah Slogohimo,.. tokoh Sukarnois tulen,.. yang punya kepedulian terhadap kelangsung-an idealisme nasional,… dan kehidupan berbangsa....
Terlalu panjang mungkin untuk menjabarkan pandangan politiknya,.. yang sangat nasionalis dan sangat mengidam-idamkan keaadaan negara, kelangsungan penyelenggaraan ke-hidupan berbangsa, sesuai dengan yang di maui para founding fathers, pendiri pendiri negara dahulu.
Suatu negara Indonesia yang ber “harga diri” di kancah internasional sekalipun,.. Negara yang berpihak pada rakyat-nya…. untuk bisa hidup makmur... Negara yg masih dalam kesatuan NKRI,.. yang ber Pancasila dan UUD 45,... Nasionalis abist…. begitu kalo pake bahasa na Imas.

Yang jelas sebagai anak, kami bangga punya seorang ayah yang berprinsip kuat selaku lelaki, tidak plin-plan, dan tidak hanya bisa berlaku sebagai yess man atau sendika dhawuh terha-dap perintah birokrasi rezim, dimana kebetulan bapak berlaku sebagai abdi negara...
Bapakku juga bukan tipe orang,.. yang bermental anthek,.. yang suka menjilat penguasa hanya untuk nunut mulya....!! Sebaliknya; bapakku memilih mengikuti suara hati sebagai ka-der Sukarnois tulen,… untuk selalu berpihak pada kebijaksana-an politis yang berdasar pada keadilan dan keberpihakan kepada rakyat jelata...., para marhaenis.

Wah bisa jadi satu buku sendiri,.. kalo kita mengulas pan-dangan politis, serta perjalanan pembentukan pemerintahan wilayah Slogohimo..., biar nanti mas Wi ama mas Ikun, aja yang akan menyunting,.. untuk dijadikan sebuah “Memoar politik Tanah Perdikan Slogohimo..” he… he….
Sebagai bapak,... dibalik kesibukannya yang sangat padat,.. dari pagi sampai larut malam …. bapakku ‘selalu bergerak’ untuk mencari nafkah untuk keluarga,.. dan mengekspresikan impulse,.. atau dorongan politisnya,.. dengan berbagai macam kegiatan dipemerintahan atau kemasyarakatan di Slogohimo...

Kenangan saat aku masih kanak kanak,.. ada situasi malam yang masih terekam jelas diingatan alam bawah sadarku sebagai anak,.... Pada malam hari, aku sering belum merasa “aman”,.. untuk tidur dan membuatku terjaga dan susah tidur,.. apabila sampai larut malam bapak belum pulang dari kegiatannya...

Malam dahulu,...tentunya lebih panjang dari malam anak anak sekarang,... yang sampai jam 10, atau sebelas masih terasa “sore”,.. karena hingar bingar acara tipi sampai larut telah menjajah,.. dan merenggut kesakralan malam..... Dahulu,.. kalo waktu sudah lewat jam delapan malam,... dalam suasana tanpa listrik, hanya temaram lampu senthir menjadi pelita malam hari.... Sehingga malam terasa dalam dan sakral...,.. kemudian tanda tanda semakin larut,.. apabila jingle radio RRI telah siap menyampaikan berita dalam bahasa Jawa; “Pawartos basa jawi kawaoseken dening Widjoyo Sumarto……”...wah.. kalo sudah ada maklumat seperti itu berarti malam dah semakin larut,.... pertanda jam 21,.. yang terasa larut tersebut bapakku belum pulang,.. rasanya,.. suara malam,.. suara serangga dan burung malam terdengar jelas,.. dan sangat menakutkan sekali..., belum lagi kalo ada segawon yang lagi mbaung......, gembong atau leo ki-riknya mbah Onggo yang menyalak melihat dhedhemit.....!!!...

Suasana malam yg “tidak aman”.... unsecure feeling, sebe-lum bapakku pulang,.. kadang sedikit terobati dengan upaya ibuku menenangkan batin anak-anaknya,.. dengan doa-doa kidung penolak balak; “Pitik tulak pitik tukung, tetulake jabang bayi…. Si tukung manungkung arso, ilango sulak sawane….” yang mengalir merdu membius dan memberi therapi pada jiwaku yang masih kanak kanak.... dan merasa lebih tenang.... sungguh magis pupuh tembang atau mantra tolak balak itu seperti matram yang terbenam dijiwaku...

Apalagi kalo sampai Radio memperdengarkan lagu berirama “lautan teduh” sebagai tanda penutup siaran radio,... sementara bapakku belum pulang, malam terasa lamaaa sekali dan susah mataku berkompromi untuk tidur... kancilen!! Baru setelah suara motor Honda 70 memecah malam,.. dan klakson-nya berbunyi sebagai 'perintah” untuk membukakan pintu....... dan bapakku pulang, aku baru bisa tidur, dalam keadaan batin aman…. (Wah,.. itu gambaran perasaanku sebagai anak yang selalu ditunggui bapaknya setiap malam,... bagaimana ya suasana batin anakku,.. yang setiap malam gak pernah “menunggu” bapaknya bisa pulang seperti ketiga anakku yang sering aku tinggal merantau... Imas, Iyas, Icha.....???? Terlalu berat aku membayangkannya............. maafkan bapakmu, nak...)

Beberapa kenangan masa kecil dengan bapakku yang ga mungkin terhapus,... Bapakku tentunya berlaku sebagai “hero” atau “pahlawan”... bagiku,.. bagi anak-anaknya, seperti saat saat aku sakit di suatu malam,..... seingatku aku sakit gigi dan sakiiiit sekali.. atau dulu sakit karena keracunan, alergi,..... seingatku malam itu bapak keraya-raya,.. mencarikan obat,.. obatnya ga baen-baen.... obatnya kelapa muda yang malam-malam harus dipetik sendiri dari pohon kambil gading itupun minta tetangga; Bu Sis Kamidin........, whalah-whalahhh…. Itulah kalo saya bilang bapakku sebagai pahlawan.... Mungkin kalo ada ekspresi yang mewakili atas keheroan ini adalah,.. lagunya Michael Jackson bersama Jakson brothers, berjudul ”I Love U, Daddy..!!” I love you, daddy.. oh daddy..., You re my hero....!!!”...................

Kenangan lain,.. saat malam jalan-jalan kampung Slogohimo masih gelap,.. dan harus dilalui dengan colok,.. atau lentera,.. senter... Aku digendong bapak,.. dalam perjalanan malam yang gelap,.. benar-benar jalan kaki dalam jarak yang cukup jauh, entah dulu itu kemana aku masih terlalu kecil untuk mengingatnya............

Pengalaman pengalaman belajar juga,.. terekam indah di benakku,.. ketika diajak pergi ke “KOTA” dengan vespa biru, ke kota Ponorogo,.. untuk niliki tivi kami yang sedang diservice di toko elektronik “Gatotkaca”.... perjalanan yang indah,.. imagi kecilku terhiasi dengan pepohonan, rumah-rumah, gunung berlari-lari berlawanan arah denganku,... sepanjang jalan aku tidak lelah,.. meskipun aku sebenarnya berdiri didalangan vespa dalam perjalanan yang cukup jauh... dan semangkok soto di alun-alun Ponorogo, rasanya nikmat sekali..... dan tersimpan dalam file memoriku.... he.... he..,,,,.....

Bapakku juga seorang yg “futuristik” bagiku....., yang kreatif dan dapat membaca talenta anaknya untuk masa depan,... yang ucapannya merupakan doa orang tua yang bisa didengar oleh Nya... Ceritanya begini;

Acara pertandingan sepakbola PORS Slogohimo, sekitar tahun 1978 adalah primadona hiburan masyarakat yang sangat digemari semua kalangan,.. Lapangan Slogohimo yang kini jadi terminal angkut itu akan penuh sesak dengan penonton, iring-iringan penonton saat pulang bisa dari Koripan hingga punthuk Waru! mulai dari orang tua sampai anak anak seperti saya juga.. saya dan mas Ikun,.. sering merengek minta duit ke bapak untuk beli karcis nonton bola,....
Tapi bapakku tidak langsung ngasih duit,.. tapi ngasih “solusi”.. untuk saya dan mas Ikun agar bisa tetap masuk dan nonton pertandingan bola,... saat itu yang menjadi bintang lapangan seperti,.. Mas Kamdani, Kaswanto, Kaswadi, Sulur, Yatno Gendut, Mas Slamet Gandul...

Bapakku selalu ngasih solusi dan sugesti seperti ini,.... “Wis ra usah sangu duit nggo mbayar... ngomong o wae nyang sing njaga karcis,.. .kula ajeng nonton mbak,... lha wong kula njing mben sing ajeng ngganteni,.. mas Kamdani,... dadi jago ball” ....ha….ha...ha..
Kesampean..., aku pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi bintang lapangan ketika menjuarai Turnamen Merdeka Cup II… karena ucapan orang tua adalah doa...!!
BIGTHROUGH, adalah “langkah besar” atau “terobosan” atau “suatu langkah berani yang berbeda” yang diambil oleh su-atu perusahaan,.. dalam pengambilan keputusan untuk meme-nangkan persaingan. Langkah ini juga merupakan suatu cara berpikir yang out of box suatu cara berpikir yg “lain dari biasanya”..... Itulah kadang yang aku terapkan dalam memana-gement diriku,.. dan cara berpikirku...!!

Kadang aku tidak perduli terhadap reaksi orang orang se-kitarku,.. yang kadang masih berpikir dengan alur “sa umume....”.....dan uniformitas, seragam... Sehingga sering orang lain,.. atau bahkan bapak-ibuku sendiri,.. (nyuwun sewu..!!)…. mengecap aku ini orangnya,.. ”nyleneh”,.. atau “ora umum”...he..he.. yang membuat aku kaget juga,.. comment na generasi Dita, Bima, Ines atau Aji yang mengatakan dalam status facebooknya, sebuah jejarng sosial yg mewaklii jaman mereka,... bahwa Om Iluk itu orangnya,.. ”lain”…. agak susah di pahami..!!! (beuhhh..?????..he..he )... kenapa stigma itu terwariskan ke gene-rasi yang selanjutnya... dan tak terpecahkan… he.he..

Tentang cara pikir out of box atau “berani berbeda”... yang sedang menjadi faham modern di dunia profesional company,.. dan sangat mendunia,... dari manakah saya pertama belajar tentang cara pikir “berani beda” tersebuuuut..???

Jawabnya adalah.... bukan dari buku-buku modern semacam Seven Habbit-nya Steven Covey, atau buku The Secret na Rhyonda Byrne atau tips-tips dari Bill Gates dalam memenangkan persaingan microsoft-nya…. Tapi dari Bapakku.....!!... Yach, benar bapakku yg mengajari aku,.. dan menanamkan bahwa berpikir “beda” atau nyleneh atau out of box.. itu bolah boleh saja,.. sah-sah saja..!!!

Ceritanya waktu itu aku masih Taman Kanak Kanak,.. TK Pertiwi Slogohimo.... Biasa kadang di TK pun ada PR atau tugas,. Prakarya. Waktu itu aku dapat PR Prakarya,.. pelajaran menem-pel gambar… Perintah dari Bu guru waktu itu; murid-murid di rumah disuruh menempel guntingan gambar kecil-kecil dan ber-macam-macam,.. sehingga satu halaman buku gambar penuh,.. pokoknya SAMPAI PENUH,.. itu kata kuncinya.., aturannya,..!!.. Selayaknya anak kecil yg kesulitan mengerjakan PR tentunya aku bertanya dan minta “bantuan” orang tua...., saya berkon-sultasi dengan Bapak...

Dan walhasil,.. bapak pun “membantu “ menyelesaikan tugas tersebut,..... diguntingkan lah,.. sebuah gambar yg cukup besar,.. dari almanak yg sudah tidak terpakai,.. gambar wanita dewasa,... sehingga dengan satu gambar maka selembar halam-an buku gambar langsung penuh... he..he Bukanlah kata kuncinya.. ”SAMPAI PENUH....??”

Waktu itu akupun sebenarnya langsung berontak,… kare-na tidak sesuai “perintah” bu guru... tapi bapakku meyakinkan,.. bahwa tempelan gambar besar wanita cantik itu,.. lebih bagus dan besok bisa dikumpulkan,.. dan dibijekke...!!!.. dimintakan nilai...he..he…

Saya berpikir,. benar juga ya... kenapa kita harus selalu nurut aturan..????... bukanlah kadang “nabrak pakem”... dan berani tampil “beda”.. itu bolah boleh saja.... dan merupakan suatu pilihan...!!.... an other option...!!!!! Dari peristiwa PR menem-pel gambar itulah,.. membentuk cara berpikirku dikemudian hari. Kalo pakai ilmu paedagogik,.. waktu itu saya adalah seumuran anak TK yang masih merupakan “sehelai kertas putih kosong...!!!”......yang akan melekat selamanya,.. apabila di kasih coretan apapun juga bentuknya....

Bapakku juga seorang yg romantis berat... Yaitu seorang yang suka dengan keindahan keindahan cerita hidup,.. atau khususnya cerita tentang asmarandana kehidupan.....
Atau bisa jadi pelaku-pelaku asmarandana dalam kehidup-an mudanya... selaku pemuda yang menikmati kisah cintanya..., dan mungkin banyak cerita indah,.. sebelum ketemu ibuku,.. yang memang sudah menjadi suratan jodohnya... “Talenta” lelaki flamboyan dan romantis ini,..

wajar saja kalo darah romeo ini terwarisi dan tersalurkan ke putra-putranya... seperti Mas Undung, Mas Mul,.. Mas Ikun.....!! Untung.... ke saya tidak... he..he... tidak kecipratan bakat yang satu ini... ha.ha..ha.....
Jadi mohon anak cucu memaklumi, dan mengerti.. kalo Bapak lagi melihat sinetron,.. opera sabun di televisi yang setiap malam menyebarkan cerita kidung cinta,.. bapakku dapat menik-mati,.. menjiwai dengan baik.. he..he....

Yahh,..mungkin inilah sekelumit kesanku…. yang pasti aku sebagai anak merasa belum pernah mencoba membalas budi jasa orang tua... dan ga akan pernah bisa “membayar” pengor-banan dan pahit getir orang tuaku dalam membesarkan dan mendidikku,.. hingga menghantarkanku menuju dewasa... Saya pun dalam kesempatan ini, dengan tulus meminta maaf, karena sayalah.... Lukito, seorang anak yang sering menjengkelkan,.. dan orang tuaku pun memberi 'cap” sama, “Lukito ki, meneng-meneng ning ndhendheng,.. alias ndablegg!”

Yang pasti,.. setiap sholat yang saya dirikan sampai hayat lepas dari raga,.. saya akan selalu menyertakan doa... Allahumagfirlii wallidayya, warhamhumma... kamma rabbayani shagiraa, untuk kedua orang tuaku....... sebagai tanda bakti dan pengakuan “jasa” orang tua yg takkan mungkin terbalas dari anaknya... Mungkin hanya doa yangg terjaga yang bisa saya dharma baktikan kepada orang tuaku....

Nyuwun samudra pangaksama,.. bilih wonten seling suruping pachelathon... Tansah tuhu bekti saking putra,.. Mugya rahayu ingkang sami pinanggih...

Lukito, Farid, Imas, Iyas & Icha

0 komentar:

Posting Komentar

Sedhahan


Blog punika mugi dados sarana kangge sarasehan dhumateng sedaya sanak kadang mitra rowang gegandhengan kaliyan Biografi H. Soeparno Hadimartono ingkang sampun dipun terbitaken rikala tanggal 20 Pebruari 2010.

Sumangga ingkang badhe nderek nyerat utawi maringi pamrayoga kula sumanggaken...

Mugi saget ndadosaken suka rena saha pikantuk seserepan ingkang migunani sak sampunipun maos Biografi punika.

Matur nuwun.